Jakarta: Kesultanan Sulu tengah menjajaki kemungkinan adanya pihak ketiga untuk memediasi sengketa wilayah dengan pemerintah Malaysia. Untuk peran ini, Sulu memilih Amerika Serikat, negara yang mereka anggap mampu melindungi hak-hak warganya.
Demikian ungkap mantan senator Filipina yang juga salah satu pewaris Kesultanan Sulu, Santanina Rasul, seperti dilansir Inquirer, Rabu 20 Februari 2013. Dia mengatakan, saat ini salah satu putranya di AS tengah menjajaki kemungkinan untuk meminta bantuan dari pemerintahan Barack Obama.
"Pemerintah Amerika terkenal selalu melindungi hak-hak warga negaranya, tidak seperti pemerintahan kami di sini (Filipina). Putra saya tengah mencari cara untuk meminta bantuan Amerika," kata Santanina.
Santanina mengatakan, putranya dan enam orang keturunan Kesultanan Sulu lainnya telah menjadi warga negara Amerika dan akan menuntut hak mereka di Sabah dari negara itu.
Sementara itu, desa Tanduao, wilayah Lahad Datu, negara bagian Sabah, masih dikepung tentara Malaysia. Sedikitnya 300 pasukan Sulu telah menguasai desa itu sejak seminggu lalu. Mereka menuntut dikembalikannya wilayah Sabah yang menjadi tanah leluhur mereka pada Sultan Jamalul Kiram III.
Masalah ini tidak hanya memusingkan Malaysia, tapi juga Filipina. Pasalnya, persahabatan kedua negara terancam terganggu dengan masalah ini. Filipina utang budi pada Malaysia yang sukses memediasi konflik dengan separatis di Mindanao.
Menteri Kehakiman Filipina, Leila de Lima, kemarin mengatakan bahwa kabinet juga tengah merundingkan masalah ini. "Tapi kami tidak bisa memberitahukan hasil diskusi dan langkah yang akan diambil pemerintah," kata Lima.
Pemerintah Malaysia, melalui Menteri Dalam Negeri Hishammuddin Hussein, mengatakan bahwa mereka memilih opsi damai dan menahan diri. Itu sebabnya, memasuki minggu kedua, masih belum ada agresi pada kedua kubu. Namun dia mengatakan, tentara akan melakukan apapun jika mereka terpaksa. (Vivanews)
No comments:
Post a Comment